Netralisasi Asam Basa

Netralisasi adalah reaksi penetralan asam oleh basa yang menghasilkan garam dan air. Ketika asam dan basa bereaksi satu sama lain, maka akan terbentuk spesies garam yang biasanya diikuti dengan pembentukan molekul air. Larutan asam yang digunakan pada percobaan ini adalah asam kuat dan larutan basa yang digunakan adalah basa kuat, ketika keduanya bereaksi maka akan terjadi reaksi netralisasi dan larutan yang dihasilkan bersifat netral (pH=7). Ion yang terbentuk tidak dapat bereaksi dengan air, sehingga produk yang terbentuk adalah garam dari kedua reaktan dan air.

Prinsip percobaan yang diterapkan dalam menetralisasi asam dan basa ini adalah titrasi. Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan diletakkan di dalam “buret”. Titrant yang digunakan dalam percobaan ini adalah asam kuat yaitu HCl, sedangkan Titer yang digunakan dalam percobaan ini adalah basa kuat yaitu NaOH. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen. Keadaan ekuivalen adalah suatu kondisi secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis berekasi. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”. pH campuran pada saat berada di titik ekivalen adalah netral yaitu 7, namun jika titrasi terus dilanjutkan dengan menambahkan basa maka pH campuran akan naik dan jika yang ditambahkan adalah asam maka pH akan menurun. Rumus kimia pada reaksi netralisasi asam basa dalam percobaan ini adalah:

HCl(aq) + NaOH(aq) à NaCl(aq) + H2O(l)


Pada saat titrasi terjadi perubahan warna pada HCl dari yang berwarna bening menjadi berwarna merah muda, itu disebabkan dari penetesan indikator fenolftalein pada larutan sebelum larutan berada pada titik akhir titrasi, karena kegunaan dari indikator PP tersebut untuk menendakan bahwa larutan telah berada di titik akhir titrasi. Perubahan warna larutan HCl yang tadinya bening menjadi merah muda disebabkan dari penambahan tiga tetes PP, karena PP tersebut akan membuat larutan yang dalam keadaan basa menjadi berwarna merah muda. Titrasi dilakukan hingga hingga mencapai titik akhir titrasi dimaksudkan karena titik ekuivalen tidak dapat dilihat atau diamati langsung secara kasat mata. Namun hanya dapat diketahui melalui tanda-tandanya, salah satunya adalah pHnya adalah 7. Larutan yang telah berubah warna menjadi merah muda namun ditambahkan lagi NaOH 1 mL lalu diukur pHnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pH setelah melewati titik akhir titrasi. Adapun volume NaOH yang digunakan pada masing-masing titrasi antara lain, 3,5 mL untuk titrasi I; 4,0  mL untuk titrasi II; dan 4,5 mL untuk titrasi III. Jika dirata-ratakan volume NaOH yang digunakan untuk tiap titrasi adalah 4,0 mL. Jumlah ini tidak sesuai dengan teori yaitu 5 mL, itu disebabkan karena sejak awal percobaan bahan untuk HCl 0,1 M dan NaOH 0,2 M tidak ada sehingga harus membuat terlebih dahulu larutan HCl 0,1 M dan NaOH 0,2 M dengan cara pengenceran dari larutan yang lebih besar konsentrasinya dengan pelarut aquades.

Comments